#SSS (Sedekah Super Story) kiriman dari Alivy Aulia Az Zahra (@alivyaa / alivy.aa@gmail.com)
.
Saya akan berbagi satu pengalaman yang berawal dari satu malam di bulan November kemarin, saya lupa tepatnya tanggal berapa, ketika saya dan Saka sedang dalam proses menyelesaikan abstrak yang akan kami ikutkan di suatu kompetisi.
.
Seperti biasanya, setelah beberapa kali kami mengirim abstrak penelitian untuk diikutkan kompetisi, kali ini pun kami mengerjakan dengan SKS (Sistem Kebut Semalam). Bahkan kurang dari semalam, karena kami mengerjakannya dalam hitungan jam. Komunikasi pun hanya via SMS dan YM. Jadi bisa dibayangkanlah bagaimana abstraknya abstrak yang kami buat.
.
Tidak seperti Saka yang sudah wara-wiri dari Jakarta sampai Singapura untuk mempresentasikan beragam KTI-nya, saya belum pernah sekali pun lolos ke babak presentasi. Bagaimana bisa lolos? Persiapan seadanya, atau bahkan bisa dibilang asal-asalan. Oleh karena itu lah, saya sama sekali tidak berharap untuk kompetisi yang satu ini. Apa salahnya mengirim abstrak? Lolos ya syukur, nggak ya nggak apa-apa. Nothing to lose lah.
.
Sampai pada tanggal 23 November 2011 pun, panitia belum menghubungi kami, padahal di website sosialisasi kompetisi seharusnya abstrak-abstrak yang lolos ke babak presentasi sudah diumumkan. Yah, sudahlah, saya pun mulai melupakan kompetisi yang satu ini.
.
Entah mengapa, tiba-tiba, saya pingin sekali untuk mudik ke Denpasar. Mungkin karena sudah lebih dari tiga atau empat bulan saya jauh dari rumah. Padahal, tidak seharusnya saya berharap untuk pulang. Alasan pertama, ini pertengahan semester, bukan hanya kuliah yang akan saya tinggalkan, tetapi juga penelitian skripsi. Alasan kedua, apalagi kalau bukan masalah biaya? Tiket mudik, tidak lah murah, padahal pengeluaran saya di semester ini tidak bisa dibilang sedikit. Galau deh.
.
Saya ingat nasihat guru SMP saya yang senantiasa mengingatkan saya untuk rutin bersedekah dengan meniatkannya. Jadi bukan sekedar recehan seribu atau dua ribu. Bukan ketika kita berlimpah ruah dan berhati lapang, melainkan justru sebaliknya, ketika merasa ‘sulit’ dan ‘sempit’. Nilainya tentu lah akan berbeda.
.
Mengingat nasihat itu, saya segera ke ATM yang masih satu area dengan kampus saya kemudian mentransfer 50 ribu rupiah ke satu nomor rekening sebuah sekolah non-formal yang dikelola mantan guru SMP saya tersebut. Mengapa saya menyebutkan nominalnya? Semata-mata karena balasan Allah SWT yang saya terima sungguh di luar dugaan saya. Rp50 ribu itu tidak ada nilainya.
.
Tidak lebih dari sehari setelahnya, saya menerima kabar dari Saka bahwa kami lolos. Abstrak kami lolos ke babak presentasi. And guess what, babak presentasi tersebut diadakan di sebuah PTN di Denpasar, Bali. Lokasinya pun tidak jauh dari rumah. Saya senaaaaanggg sekali. Singkat cerita, karena kami berkompetisi atas nama fakultas, kami pun mendapatkan uang saku dari fakultas. Rp1 juta rupiah untuk tiap orang untuk dua hari dan tiket pulang – pergi. Yippiii, mudik gratis 😀
.
Setelah melakukan beberapa persiapan, seperti membuat power point dan lain-lain. Berangkatlah saya ke Denpasar dengan pesawat sore pada tanggal 30 November 2011. Di bandara Ngurah Rai, Bunda dan Papa sudah menunggu saya dengan wajah sumringah. Ah, mereka pasti sangat merindukan saya, atau paling tidak sebaliknya. Saya sangat merindukan mereka.
.
Belum cukup, keesokan harinya, tanggal 1 Desember 2011, kami mengikuti sebuah Simposium Nasional dalam rangka memperingati Hari HIV/AIDS Sedunia, tanpa dipungut biaya, karena kami adalah peserta yang lolos untuk babak presentasi LKTI yang diatur oleh panitia yang sama dengan SimNas tersebut.
.
Mendekati pukul 1 siang, saya dan Saka, yang hari itu ditemani oleh saudara kembar Saka yang bernama Dinda, tidak bisa tenang. Sekalipun saya memasang tampang se-cool mungkin untuk meminimalisir kegugupan Saka, dalam hati saya panik sekali. Sudah lama saya tidak presentasi untuk event semacam ini. Terakhir kali semasa SMA, lebih dari tiga tahun yang lalu.
.
Alhamdulillaah, babak presentasi dan tanya-jawab berlalu tanpa permasalahan berarti. Beberapa pertanyaan (menurut saya) dapat kami jawab dengan baik. Walaupun, saya sedikit menyesal akhirnya, saya belum melakukan yang terbaik. Saya sungguh tidak mengharapkan kemenangan. Sampai di sini saja sudah cukup. Mengingat persiapan kami yang kurang maksimal. Khususnya, persiapan saya.
.
Meskipun tidak berharap banyak, saya kepikiran juga. Ketika membayangkan wajah orang-orang yang telah mendukung kami hingga sampai berangkat ke sini, beragam mention di twitter dan pesan-pesan melalui SMS yang turut mendokan, sampai dua hari perkuliahan yang kami tinggalkan, saya hanya berharap semua ini tidak sia-sia. Yah, saya tahu ini tidak sia-sia. Bukankah jika bukan karena even ini saya tidak akan berada di rumah beberapa hari itu?
.
Pada SimNas hari kedua, saya bisa lebih relax dan mengikuti materi dengan baik. Paginya, panitia menelpon saya, menanyakan perihal kehadiran kami. Ah, mereka pasti mencari kami yang tidak menggunakan fasilitas penginapan dari panitia. Saya, Saka, dan Dinda menginap di rumah. Namun, Dinda mengartikan lain, Dinda menganggap panitia memastikan kehadiran kami untuk penerimaan hadiah pada penutupan siang nanti. Saya menolak untuk Ge-eR dan menanggapinya dengan tawa.
.
Berkali-kali saya menenangkan hati, mencari excuses jika pada akhirnya kemenangan tidak berada di pihak kami. The first excuse, LKTI ini sebenarnya diadakan untuk mahasiswa FKM, benar saja, rata-rata peserta berasal dari FKM dan FK. Kami satu-satunya yang berasal dari FKG. Excuse kedua? Tidak ada. Pastilah karena persiapan saya yang tidak maksimal. Saya tidak berhasil menenangkan diri.
.
Di tengah, perdebatan hati itu, diumumkan lah pemenang LKTI tersebut. Saya sudah menyiapkan untuk mendengar pengumuman terburuk sekalipun. Tidak apa-apa saya tidak menang. Ucap saya berkali. Namun, ternyata MC mengumumkan hal yang tidak pernah saya siapkan.
.
TERNYATA KAMI ADALAH JUARANYA!! Kami berhak atas hadiahnya yang berupa uang tunai!! 😀
.
Alhamdulillaah. Segala puji bagi Allah. Apalagi yang bisa saya katakan? Semua ini semata-mata karena kehendaknya. Makin berlipatlah balasan atas sedekah saya yang tidak seberapa itu. Tidak seberapa dibandingkan segala nikmat yang saya dapat saat itu… Terima kasih Allah… 🙂
.
*** THE END ***
Bagi teman-teman yang punya cerita dahsyatnya sedekah dan ingin berbagi inspirasi dengan yang lain, silahkan kirim ke muh_assad@yahoo.com dengan subject #SSS – (Judul Cerita). Saya akan posting di blog ini dan yang menarik akan dimasukkan ke dalam buku Notes From Qatar 2.
.
Regards,
@MuhammadAssad