#SSS 20: Berawal Dari Donat Seribuan

#SSS (Sedekah Super Story) kiriman Febryansyah (@febryyyan / rowling_febry@yahoo.co.id)

.

Hari itu saya sedang getir karena uang bulanan untuk bulan ini hampir habis. Hanya tersisa  Rp 20ribu untuk dua hari biaya hidup. Pagi itu seperti biasa saya melakukan aktivitas normal. Hari itu teman kost saya lagi sakit cacar. Tadinya saya mau ngetuk pintu kamarnya untuk menawarkan nitip beli sarapan tapi melihat dari jendela orangnya masih tidur pulas. Yasudah saya memutuskan untuk pergi duluan nanti pas dia udh bangun baru deh saya beliin sarapan.  Jam setengah 8 pagi saya pergi keluar untuk beli sarapan. Saya biasa beli donat gula di depan gang tempat saya ngekost. Saya beli 4 donat.

.

Entah kenapa saya hanya makan 3 donat pagi itu. Biasanya langsung saya habiskan jadi sekarang sisa 1 deh donat nya, niatnya sih buat ntar siang pulang kuliah buat ngemil-ngemil. Selesai makan donat saya lihat ada sms dari teman saya yang sakit cacar itu menanyakan apakah saya sudah beli sarapan atau belum. Kemudian saya jawab, “Yahh udah beli baru aja.”

.

Tak lama dia ngetuk pintu saya “Feb, masih ada gak roti kamu?” Saya jawab, “Ada, donat tapi, nih tinggal satu.” Dia balas, “Gapapa, buat minum obat aja kok, makasih ya.” Saya ngasih donat itu ya ngasih aja ga ada niatan sedekah atau apa ya karena namanya juga sesama teman, lagian saya toh juga udah kenyang.

.

Satu jam kemudian, kakak teman saya dateng untuk menjemput pulang temen saya. Tiba-tiba temen saya itu ngetuk pintu “Feb, ini ada roti nih kakakku bawa tadi, kita setengahan ya.” Saya jawab, “Wahhh.. Makasih ya.” Dari situ saya berfikir, tadi saya ngasih dia donat seharga seribu doing dan sekarang saya dapet balasan langsung roti seharga 5ribu atau mungkin 10ribu. Subhanallah… Mungkin ini sederhana banget, tapi jujur saya gemetar pada saat itu.

.

Siangnya pada saat kuliah, teman kuliah saya sebut aja Tina minta dianterin untuk servis jam miliknya. Awalnya saya males karena cuaca hari itu panas banget. Tapi krn naluri seorang teman yang baik akhirnya saya nganterin dia. Sayang sekali toko servis jam tutup, alhasil gak jadi deh dia servis jam. Tapi sebelum balik ke kampus, kita mampir ke tukang siomay dan dia nawarin, “Feb, mau siomay gak?” Aku Tanya balik, “Dibayarin?” kata dia, “Iya udah ambil nih.” Waduh, padahal saya hanya bercanda aja tapi alhamdulillah siang  itu saya makan gratis hehe.

.

Malam harinya, saya baru pulang dari beli makan malam, tiba-tiba ibu kost saya manggil “Febry, ini ada roti buat nanti malem kalo laper.” Saya langsung membalas, “Wah, iya Bu terima kasih ya.” Sebenernya Ibu kost saya ini emang baik suka ngasih makanan, tapi hari itu terasa spesial banget hehe maklum soalnya duit lagi tipis banget.

.

Kejadian hari itu semakin menguatkan keyakinan saya karena menunjukkan bahwa Allah SWT pasti membalas kebaikan secara tunai dan rahmat-Nya terus menerus tak pernah terputus dari pagi sampai malem. Dari situ saya semakin yakin tentang dahsyatnya bersedekah.

.

*** THE END ***

Bagi teman-teman yang punya cerita dahsyatnya sedekah dan ingin berbagi inspirasi dengan yang lain, silahkan kirim ke muh_assad@yahoo.com dengan subject #SSS – (Judul Cerita). Saya akan posting di blog ini dan yang menarik akan dimasukkan ke dalam buku Notes From Qatar 2.

.

Regards,

@MuhammadAssad

#SSS 19: Berlipat Ganda Dalam Satu Hari

#SSS (Sedekah Super Story) kiriman dari Alivy Aulia Az Zahra (@alivyaa / alivy.aa@gmail.com)

.

Saya akan berbagi satu pengalaman yang berawal dari satu malam di bulan November kemarin, saya lupa tepatnya tanggal berapa, ketika saya dan Saka sedang dalam proses menyelesaikan abstrak yang akan kami ikutkan di suatu kompetisi.

.

Seperti biasanya, setelah beberapa kali kami mengirim abstrak penelitian untuk diikutkan kompetisi, kali ini pun kami mengerjakan dengan SKS (Sistem Kebut Semalam). Bahkan kurang dari semalam, karena kami mengerjakannya dalam hitungan jam. Komunikasi pun hanya via SMS dan YM. Jadi bisa dibayangkanlah bagaimana abstraknya abstrak yang kami buat.

.

Tidak seperti Saka yang sudah wara-wiri dari Jakarta sampai Singapura untuk mempresentasikan beragam KTI-nya, saya belum pernah sekali pun lolos ke babak presentasi. Bagaimana bisa lolos? Persiapan seadanya, atau bahkan bisa dibilang asal-asalan. Oleh karena itu lah, saya sama sekali tidak berharap untuk kompetisi yang satu ini. Apa salahnya mengirim abstrak? Lolos ya syukur, nggak  ya nggak apa-apa. Nothing to lose lah.

.

Sampai pada tanggal 23 November 2011 pun, panitia belum menghubungi kami, padahal di website sosialisasi kompetisi seharusnya abstrak-abstrak yang lolos ke babak presentasi sudah diumumkan. Yah, sudahlah, saya pun mulai melupakan kompetisi yang satu ini.

.

Entah mengapa, tiba-tiba, saya pingin sekali untuk mudik ke Denpasar. Mungkin karena sudah lebih dari tiga atau empat bulan saya jauh dari rumah. Padahal, tidak seharusnya saya berharap untuk pulang. Alasan pertama, ini pertengahan semester, bukan hanya kuliah yang akan saya tinggalkan, tetapi juga penelitian skripsi. Alasan kedua, apalagi kalau bukan masalah biaya? Tiket mudik, tidak lah murah, padahal pengeluaran saya di semester ini tidak bisa dibilang sedikit. Galau deh.

.

Saya ingat nasihat guru SMP saya yang senantiasa mengingatkan saya untuk rutin bersedekah dengan meniatkannya. Jadi bukan sekedar recehan seribu atau dua ribu. Bukan ketika kita berlimpah ruah dan berhati lapang, melainkan justru sebaliknya, ketika merasa ‘sulit’ dan ‘sempit’. Nilainya tentu lah akan berbeda.

.

Mengingat nasihat itu, saya segera ke ATM yang masih satu area dengan kampus saya kemudian mentransfer 50 ribu rupiah ke satu nomor rekening sebuah sekolah non-formal yang dikelola mantan guru SMP saya tersebut. Mengapa saya menyebutkan nominalnya? Semata-mata karena balasan Allah SWT yang saya terima sungguh di luar dugaan saya. Rp50 ribu itu tidak ada nilainya.

.

Tidak lebih dari sehari setelahnya, saya menerima kabar dari Saka bahwa kami lolos. Abstrak kami lolos ke babak presentasi. And guess what, babak presentasi tersebut diadakan di sebuah PTN di Denpasar, Bali. Lokasinya pun tidak jauh dari rumah. Saya senaaaaanggg sekali. Singkat cerita, karena kami berkompetisi atas nama fakultas, kami pun mendapatkan uang saku dari fakultas. Rp1 juta rupiah untuk tiap orang untuk dua hari dan tiket pulang – pergi. Yippiii, mudik gratis 😀

.

Setelah melakukan beberapa persiapan, seperti membuat power point dan lain-lain. Berangkatlah saya ke Denpasar dengan pesawat sore pada tanggal 30 November 2011. Di bandara Ngurah Rai, Bunda dan Papa sudah menunggu saya dengan wajah sumringah. Ah, mereka pasti sangat merindukan saya, atau paling tidak sebaliknya. Saya sangat merindukan mereka.

.

Belum cukup, keesokan harinya, tanggal 1 Desember 2011, kami mengikuti sebuah Simposium Nasional dalam rangka memperingati Hari HIV/AIDS Sedunia, tanpa dipungut biaya, karena kami adalah peserta yang lolos untuk babak presentasi LKTI yang diatur oleh panitia yang sama dengan SimNas tersebut.

.

Mendekati pukul 1 siang, saya dan Saka, yang hari itu ditemani oleh saudara kembar Saka yang bernama Dinda, tidak bisa tenang. Sekalipun saya memasang tampang se-cool mungkin untuk meminimalisir kegugupan Saka, dalam hati saya panik sekali. Sudah lama saya tidak presentasi untuk event semacam ini. Terakhir kali semasa SMA, lebih dari tiga tahun yang lalu.

.

Alhamdulillaah, babak presentasi dan tanya-jawab berlalu tanpa permasalahan berarti. Beberapa pertanyaan (menurut saya) dapat kami jawab dengan baik. Walaupun, saya sedikit menyesal akhirnya, saya belum melakukan yang terbaik. Saya sungguh tidak mengharapkan kemenangan. Sampai di sini saja sudah cukup. Mengingat persiapan kami yang kurang maksimal. Khususnya, persiapan saya.

.

Meskipun tidak berharap banyak, saya kepikiran juga. Ketika membayangkan wajah orang-orang yang telah mendukung kami hingga sampai berangkat ke sini, beragam mention di twitter dan pesan-pesan melalui SMS yang turut mendokan, sampai dua hari perkuliahan yang kami tinggalkan, saya hanya berharap semua ini tidak sia-sia. Yah, saya tahu ini tidak sia-sia. Bukankah jika bukan karena even ini saya tidak akan berada di rumah beberapa hari itu?

.

Pada SimNas hari kedua, saya bisa lebih relax dan mengikuti materi dengan baik. Paginya, panitia menelpon saya, menanyakan perihal kehadiran kami. Ah, mereka pasti mencari kami yang tidak menggunakan fasilitas penginapan dari panitia. Saya, Saka, dan Dinda menginap di rumah. Namun, Dinda mengartikan lain, Dinda menganggap panitia memastikan kehadiran kami untuk penerimaan hadiah pada penutupan siang nanti. Saya menolak untuk Ge-eR dan menanggapinya dengan tawa.

.

Berkali-kali saya menenangkan hati, mencari excuses jika pada akhirnya kemenangan tidak berada di pihak kami. The first excuse, LKTI ini sebenarnya diadakan untuk mahasiswa FKM, benar saja, rata-rata peserta berasal dari FKM dan FK. Kami satu-satunya yang berasal dari FKG. Excuse kedua? Tidak ada. Pastilah karena persiapan saya yang tidak maksimal. Saya tidak berhasil menenangkan diri.

.

Di tengah, perdebatan hati itu, diumumkan lah pemenang LKTI tersebut. Saya sudah menyiapkan untuk mendengar pengumuman terburuk sekalipun. Tidak apa-apa saya tidak menang. Ucap saya berkali. Namun, ternyata MC mengumumkan hal yang tidak pernah saya siapkan.

.

TERNYATA KAMI ADALAH JUARANYA!! Kami berhak atas hadiahnya yang berupa uang tunai!! 😀

.

Alhamdulillaah. Segala puji bagi Allah. Apalagi yang bisa saya katakan? Semua ini semata-mata karena kehendaknya. Makin berlipatlah balasan atas sedekah saya yang tidak seberapa itu. Tidak seberapa dibandingkan segala nikmat yang saya dapat saat itu… Terima kasih Allah… 🙂

.

*** THE END ***

Bagi teman-teman yang punya cerita dahsyatnya sedekah dan ingin berbagi inspirasi dengan yang lain, silahkan kirim ke muh_assad@yahoo.com dengan subject #SSS – (Judul Cerita). Saya akan posting di blog ini dan yang menarik akan dimasukkan ke dalam buku Notes From Qatar 2.

.

Regards,

@MuhammadAssad

#SSS 18: Menolonglah Jika Ingin Ditolong

#SSS (Sedekah Super Story) kiriman Citra Bonita Permatasari (@citrabonita / bonita.sutandi@gmail.com)

.

Di momen tahun baru ini, saya teringat setahun yang lalu saat hari-hari menjelang tahun baru 2011.  Saat itu saya yang kuliah di UGM menghabiskan waktu minggu tenang di rumah saya di Bogor, Jawa Barat. Setelah empat hari di rumah, saya berencana kembali lagi ke Jogja pada 1 Januari 2011 karena pada tanggal 3 Januari UAS akan dimulai.

.

Dua hari sebelum pulang ke Jogja, saya berencana membeli tiket kereta api untuk ke Jogjakarta. Sebenarnya saya ingin membeli tiket tersebut di agen travel, tetapi karena sedang ada gangguan system, maka saya harus langsung membeli tiket di Gambir.

.

Akhirnya, saya memutuskan untuk berangkat ke Gambir dengan menggunakan kereta dari stasiun Bogor. Setelah membeli tiket Pakuan Express, saya harus menunggu sekitar 45 menit sampai kereta diberangkatkan. Saya menunggu di dalam gerbong kereta sambil membaca koran. Tiket kereta saya masukkan ke dalam dompet supaya tidak hilang. Lima menit sebelum kereta diberangkatkan,  saya berniat mempersiapkan tiket kereta, agar ketika ada petugas yang memeriksa, saya tidak perlu repot-repot mencari lagi.

.

Saat itu saya baru sadar bahwa dompet saya tidak ada. Saya ingat betul dompet itu saya letakkan di pangkuan saya,  tetapi setelah mencari hingga ke kolong kursi, dompet tersebut tidak saya temukan. Karena kereta akan segera diberangkatkan, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari kereta. Tepat ketika saya turun dari kereta, pintu kereta ditutup dan kereta langsung berjalan.

.

Saat itu saya langsung menuju ruang informasi untuk meminta petugas mengumumkan berita kehilangan agar bila ada orang yang menemukan dompet saya, bisa langsung menghubungi petugas stasiun kereta api.

.

Saat itu saya bingung karena di dalam dompet saya, selain uang tunai juga berisi surat-surat penting seperti KTP, KTM, SIM, STNK, dan ATM yang tidak mudah dibuat ulang, harus melalui prosedur yang cukup panjang.

.

Setelah mengabarkan ayah saya, beliau bilang akan segera menjemput saya di stasiun. Ketika sedang menunggu ayah saya, tiba-tiba ada seorang ibu dengan tiga orang anaknya yang terlihat kebingungan. Ada dorongan dalam diri saya untuk menghampiri ibu tersebut. Kepada saya, ibu tersebut bercerita bahwa ia baru saja turun dari kereta ekonomi dan tersadar bahwa tas yang dibawanya sudah dirobek orang dan dompet serta handphone ibu ini dicopet. Ia bilang, ia tidak bisa pulang ke rumahnya karena semua uangnya ia taruh di dompet.

.

Saya pun bercerita kepada ibu itu bahwa saya pun baru kehilangan dompet di kereta. Namun,  saya teringat bahwa saya masih menyimpan uang sebesar Rp20.000 di saku celana. Akhirnya saya tanya kepada ibu itu, berapa ongkos untuk pulang ke rumahnya, dan ibu itu bilang sekitar 15.000. Akhirnya saya berikan semua uang saya agar ibu itu dan anak-anaknya bisa pulang ke rumah. Awalnya ibu tersebut menolak, karena berpikir saya juga memerlukan uang itu untuk pulang, namun setelah saya bilang bahwa saya akan dijemput ayah saya, ibu itu pun mau menerima dan ia mendoakan agar dompet saya dapat ditemukan.

.

Dua hari kemudian, ketika saya sudah di Jogjakarta, saya sedang bingung bagaimana saya harus mengurus surat-surat saya yang hilang, terutama STNK, karena menurut kepolisian, saya harus membuat berita kehilangan di koran atau radio terlebih dahulu jika ingin mengurus pergantian STNK. Di tengah-tengah kebingungan tersebut, saya menerima telepon dari ayah saya bahwa ada seseorang yang datang ke rumah (di Bogor) untuk mengembalikan dompet saya yang hilang di stasiun kereta tersebut.

.

Ayah saya bilang, semua surat-surat saya masih lengkap, tidak ada yang hilang satupun. Rasanya saya tidak percaya bahwa saya tidak perlu repot-repot mengurus pergantian surat-surat saya yang hilang yang tentunya akan sangat merepotkan dan memerlukan waktu lama.

.

Tiba-tiba saya teringat ibu yang waktu itu saya tolong di stasiun kereta. Saya ingat bahwa dia mendoakan agar dompet saya dapat ditemukan kembali. Saat itu saya merasakan kebaikan Allah Swt begitu nyata. Karena saya ikhlas membantu ibu yang sedang kesusahan tersebut, dan rela memberikan uang saya yang tersisa agar ibu itu dan anak-anaknya bisa pulang, Allah Swt membalasnya dengan membuat dompet saya kembali dan saya pun tidak perlu repot-repot mengurus pergantian surat-surat yang hilang.

.

Padahal, saat saya menolong ibu itu, saya tidak berpikir sama sekali Allah akan mengganti uang yang saya berikan kepada Ibu itu dengan balasan yang setimpal untuk saya. Saat itu, saya murni hanya ingin membantu ibu itu dan anak-anaknya agar bisa pulang ke rumah. Setelah dompet saya kembali, saya membayangkan apa jadinya bila Allah tidak bermurah hati kepada saya dengan membuat dompet saya kembali.

.

Tentunya saya akan kehilangan banyak waktu untuk mengurus surat-surat saya yang hilang padahal saat itu saya sedang menjalani UAS. Dan tentunya uang yang saya keluarkan untuk mengurus surat-surat saya yang hilang jumlahnya jauh di atas uang 20.000 yang saya berikan kepada ibu di stasiun itu.

.

Setelah mengalami keajaiban sedekah itu, terkadang “memancing rezeki” dengan bersedekah saya gunakan sebagai salah satu ikhtiar saya untuk mendapatkan sesuatu yang saya inginkan 😀

.

*** THE END ***

Bagi teman-teman yang punya cerita dahsyatnya sedekah dan ingin berbagi inspirasi dengan yang lain, silahkan kirim ke muh_assad@yahoo.com dengan subject #SSS – (Judul Cerita). Saya akan posting di blog ini dan yang menarik akan dimasukkan ke dalam buku Notes From Qatar 2.

.

Regards,

@MuhammadAssad

#SSS 17: Hadiah Tahun Baru Dari Allah

#SSS (Sedekah Super Story) kiriman Firman Ilhamy (@ilhamEal / ilham_ibn_fau@yahoo.com)

.

Bang Assad, semoga Allah melimpahkan segala berkah dan kesehatan lahir bathin buat dirimu yang sudah membuka hati banyak orang untuk bersedekah.

.

Saya sedikit mau berbagi pengalaman tentang sedekah bang. Saya adalah salah seorang mahasiswa sekolah penerbangan yang mendapatkan beasiswa full (kurang lebih bernilai Rp600 juta dalam bentuk pendidikan). Tidak ada maksud riya bang, cuma ini adalah latar belakang dari cerita yang akan saya ceritakan.

.

Saya sangat bersyukur dengan beasiswa tersebut. Namun ada sedikit kekurangan, saya sama sekali tdk mendapatkan uang saku karena semua beasiswa hanya dalam bentuk pendidikan, bukan cash. Dengan latar belakang keluarga yang boleh dibilang “pas-pasan”, saya kemudian berusaha untuk mengajukan proposal kemanapun agar mendapatkan beasiswa uang saku (terdengar aneh memang).

.

Saya kemudian coba kirim proposal ke Gubernur Aceh (mumpung saya putra daerah sana), namun tidak ada jawaban, karena dengar-dengar disana sedang ada “Perang Politik” ( gak mau ikut campur deh). Saya tidak menyerah dan mencoba lagi. Nah di akhir tahun 2011 kemarin, kebetulan saya dapat libur dari sekolah penerbangan dan coba mampir ke Jakarta untuk mencari orang atau lembaga yang siapa tahu bisa menolong saya. Nah, disinilah cerita bermula.

.

Sebelum saya pulang (kebetulan sekolahnya di luar Jawa), saya mampir makan di salah satu restoran Padang. Setelah makan saya menuju ke kasir untuk membayar. Saat mengantri menunggu giliran, saya melihat beberapa kotak amal berjejer di meja kasir, ada dari lembaga ini lah itu lah, dll. Tanpa berpikir panjang (karena kebetulan dompet saya lagi tebel dengan uang pecahan seribu dan dua ribuan), saya masukin aja satu-satu tanpa membagi dengan adil, dan kalau saya tidak lupa ada satu kotak amal dari 9 kotak amal yg ada disitu saya isi dengan 20.000 ribu rupiah, (seingat saya Rp20 ribu karena ini ternyata  ada hubungannya di akhir cerita).

.

Sesampainya di Jakarta saya coba curhat dengan salah satu teman baik saya yang juga seorang pengusaha dan aktif di partai politik. Saya cerita tentang proposal saya lewat BBM, namun beliau tidak terlalu nanggepin karena katanya lebih enak kalo ketemu langsung. Akhirnya kita sepakat untuk bertemu di salah satu mall di daerah Senayan (jadi anak gaul hehe).

.

Setelah bertemu, saya menceritakan tentang proposal uang saku untuk biaya hidup saya sehari-hari. Alhamdulillah sangat ajaib, tanpa berpikir panjang beliau langsung meng-approve proposal saya dan saya diberikan uang di awal US$100, dan untuk uang sakunya akan dikirimkan mulai tanggal 3 Januari dan rutin setiap bulannya sejumlah Rp2.000.000.

.

Subhanallah.. Betul-betul hadiah tahun baru dari Allah!! Sungguh luar biasa balasan dari-Nya. Allah membalas sedekah saya yang hanya 20 “ribu” dan diganti menjadi 2 “juta” atau 100x lipat! Mungkin bagi sebagian orang angka segitu kecil, namun bagi saya itu adalah nikmat yang sangat luar biasa. Seperti dalam Surat Ar-Rahman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

.

Terima kasih Allah, terima kasih Bang Assad yang telah membuka pikiran dan hati saya untuk menjadikan sedekah sebagai suatu kebutuhan hidup, yang tanpanya maka hidup terasa tak bahagia (asikk hehe..).

.

Akhir kata, bersedekahlah sesuai kemampuan, kalau bisa selalu lebihkan dari yang biasanya. Percayalah, Allah TIDAK PERNAH berbohong tentang janji-janji-Nya.

.

*** THE END ***

Bagi teman-teman yang punya cerita dahsyatnya sedekah dan ingin berbagi inspirasi dengan yang lain, silahkan kirim ke muh_assad@yahoo.com dengan subject #SSS – (Judul Cerita). Saya akan posting di blog ini dan yang menarik akan dimasukkan ke dalam buku Notes From Qatar 2.

.

Regards,

@MuhammadAssad

#SSS 16: Dibuat Speechless Sama Allah

#SSS (Sedekah Super Story) kiriman Dinni Danil (@denephille / nee2urheart@yahoo.com)

.

Saya mau berbagi pengalaman tentang janji Allah Swt. Selama ini juga sebetulnya saya percaya dan yakin dengan janji-Nya tapi kali ini saya bener-bener dibikin speechless. Ceritanya begini, bulan Oktober kemarin saya diwisuda sebagai sarjana hukum. Menjadi sarjana hukum adalah mimpi saya sejak kecil. Namun setelah berhasil meraihnya, rasanya itu tidak ada gunanya jika saya tidak bekerja. Lalu saya pun mulai melamar pekerjaan, tapi pada saat itu masih ga serius ngurusnya dan masih males-malesan.

.

Selain itu, saya juga ngerasain bahwa nyari pekerjaan itu ternyata memang tidak mudah, apalagi di Jakarta. Banyak lah persyaratannya, harus punya koneksi lah, punya kapasitas lebih lah, punya ini lah itu lah, dll. Lha terus saya? Apa yang saya punya? Nilai akademik aja pas-pasan, apalagi koneksi? Boro-boro koneksi, mau ngelamar kemana aja saya masih bingung hehe..

.

Di saat bingung tersebut, saya teringat dengan keajaiban sedekah yang Assad tulis di Notes From Qatar dan juga perkataan Ustadz Yusuf Mansur. Nah disini lah drama dimulai (hehe lebay yak). Tapi emang menurut saya semuanya seperti drama. Sebagai sarjana hukum saya tertarik untuk jadi pengacara. Saya keinget sama salah satu dosen saya di kampus yang punya firma dan rencana pengen ngelamar kesana. Ya sebenernya ga deket juga dengan dosen ini karena cuma diajar 1 semester doing. Waktu mau nulis skripsi saya pernah beberapa kali diskusi dengan beliau dan dia juga sempet ngasi kartu namanya, tapi setelah itu hilang kontak.

.

Waktu pas mau ngambil ijazah kelulusan di kampus, saya memang punya niat untuk sedekah sama seorang office boy (OB) kampus yang selama ini udah saya kenal. Saya pengen sedekah diniatin biar memudahkan jalan saya dapetin kerjaan. Cukup lama saya nunggu dia  di kampus ga nongol-nongol, dan pas ketemu langsung saya kasihin duitnya dan sampaikan niat saya ke dia, dia berterima kasih dan tanpa diminta langsung mendoakan saya dengan lantang biar saya segera dapet kerja secepat-cepatnya. Saya dan teman saya pun mengamini doanya.

.

Saya pun kemudian mulai melamar kerjaan, termasuk ke firma dosen saya yang saya ceritakan tadi. Biasanya saya apply lamaran melalui email, ga tau kenapa ini meski di kartu nama itu ada alamat emailnya saya apply lamaran tersebut melalui pos. tapi bukan saya yang ngirimin, saya titip ke temen saya. Pada hari kamis itu temen saya ada interview, dia bilang lamaran saya nanti dikirimin setelah dia selesai interview. Ya saya terserah dia aja namanya juga minta tolong.

.

Nah tiba-tiba dia sms bilang lamaran saya udah dititipin. Disitu saya bingung, dititipin kemana, saya pikir sudah dikirim. ternyata di tempat interview itu dia ketemu temen sekampus kami yang sedang magang di firma dosen saya itu, katanya kantornya udah pindah ga dialamat yg saya tuliskan itu. Jadilah sorenya si temen saya yang magang ditempat dosen itu nelpon saya, dia bilang saya disuruh dateng ke kantor ketemu sama head office nya. Saya kaget ga nyangka prosesnya secepet itu.

.

Datenglah saya ke kantornya hari Jumat dan langsung interview. Saya ngobrol banyak sama head office nya, tiba-tiba dia langsung ngomong situasi kantor, tugas-tugas, gaji, masalah lembur dan segala macem. Saya iya-iya aja dan tanya macem-macem setelah itu dia langsung bilang, “Ok, intinya ga ada masalah kan? Hari senin sudah bisa mulai kerja ya.” Sumpah Assad, speechless bangettt, dan yang pertama saya inget adalah muka OB kampus saya waktu dia mendoakan saya waktu itu.

.

Alhamdulillah Yaa Allah.. Saya ga nyangka bakal secepet itu karena dalam pikiran saya paling cepet awal tahun Januari 2012 saya baru dapet kerjaan. Ternyata Allah Swt memberinya lebih cepat, sebelum tahun baru saya sudah mendapatkan pekerjaan. Saya bener-bener speechless karena Allah Swt memeluk mimpi-mimpi saya dan mengabulkannya.

.

Terima kasih Assad buat tulisan kamu yang sering mengingatkan untuk bersedakah dan berhasil merubah paradigma saya tentang sedekah. Sekarang buat saya sedekah bukan sekedar untuk berbagi tetapi lebih dari itu, sedekah menyadarkan saya betapa Janji Allah itu pasti. Semoga kamu mendapat bagian dari Allah, yang saya yakin itu ga sedikit dan tak ternilai. Danke Assad 🙂

.

*** THE END ***

Bagi teman-teman yang punya cerita dahsyatnya sedekah dan ingin berbagi inspirasi dengan yang lain, silahkan kirim ke muh_assad@yahoo.com dengan subject #SSS – (Judul Cerita). Saya akan posting di blog ini dan yang menarik akan dimasukkan ke dalam buku Notes From Qatar 2.

.

Regards,

@MuhammadAssad