Kamu Gaptek? Ke Laut Aja!

Dahulu kala saat zaman flinstones atau era batu, alat tulis pertama yang digunakan oleh manusia adalah dengan cara menggoreskan tulang di atas batu. Lalu beberapa abad kemudian, pensil pertama diciptakan di Perancis pada tahun 1790an. Sekarang? Pensil udah jarang banget dipakai karena semua orang menggunakan jempolnya untuk menulis di smartphone masing-masing.

Dari zaman batu hingga zaman digital saat ini, sangat nyata dimana jarak inovasi dan pengembangan yang dilakukan manusia sudah jauh melampaui nenek moyang kita. Dan seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia, sebagaimana negara lainnya, suka tidak suka harus mengikuti perkembangan teknologi informasi yang merupakan pergerakan global.

Sekarang adalah eranya disruptive economy. Cara-cara lama akan ditinggalkan, dan siapa yang tidak berubah, maka dia akan tertinggal. Lalu bagaimana dengan generasi muda Indonesia? Mau tidak mau, berubah adalah pilihan terbaik untuk terus bisa menjadi pemain di negeri sendiri. Tiap institusi pendidikan harus mengedepankan kurikulum ICT (Information and Communication Technology) sebagai solusi yang bisa ditawarkan secara nasional untuk menggantikan kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) lama, yang merupakan sistem pengajaran satu arah dimana guru sebagai penyampai pesan serta murid sebagai pendengar.

Kurikulum KBK tidak mempertimbangkan faktor pengajar sebagai manusia yang juga tidak luput dari kesalahan. Seringkali guru tidak tahu, atau tidak mau tahu, apakah hal yang diajarkannya benar benar masuk dan dapat dipahami oleh siswa. Seringkali pula, guru memberikan opini atau doktrin pribadi dalam proses pembelajaran yang memiliki kecenderungan untuk merubah pola pikir siswa.

Kurikulum ICT merubah sistem ini menjadi proses timbal balik, dimana guru berfungsi netral sebagai narasumber informasi, namun tidak lagi dapat menentukan sistem dan opini, karena proses belajar mengajar bersifat dinamis dari waktu ke waktu. Pengajar dituntut untuk memiliki pengetahuan baru setiap harinya, agar dapat mengisi pengetahuan siswanya dengan informasi yang up-to-date, serta bertukar opini dengan siswanya, yang seringkali memiliki informasi lebih baru dan update.

Perubahan yang mencolok dari kurikulum ICT adalah perubahan perangkat tulis dari analog ke digital, perubahan waktu belajar siklus ke real-time learning, fasilitas fisik menjadi fasilitas jaringan, dari ruang kelas ke ‘anytime anywhere’, serta kebutuhan atas perspektif orang lain untuk pencapaian pribadi.

Tentu saja, sesuai dengan namanya, kurikulum ICT ditujukan buat anak anak canggih kekinian yang sehari harinya bergaul erat dengan 4 gadget: desktop, laptop, tablet serta smartphone.

Bagi kamu yang memang sudah merasakan fungsi gadget untuk cari duit, tentu kalian termasuk generasi yang bersyukur, dimana proses kerja sudah sangat dipermudah dengan kemajuan teknologi.

Tapi bagi yang belum, pasti minimal sekali akan terbersit di pikiran kalian, terutama yang udah mulai beranjak dewasa, “Bisa nggak sih, yang saya pegang-pegang sekian jam sehari ini jadi sarana nyari uang buat saya?”

Welcome to the new world, guys!

Pola pikir dan perspektif yang tepat dapat memberikan kamu kemudahan untuk merintis masa depan baru yang lebih cerah. Pilihan kampus di Indonesia ada banyak, tapi nggak semuanya menggunakan kurikulum ICT. Sebagian besar masih menggunakan KBK klasik, karena emang ICT adalah sistem yang lumayan baru, dan sebagian besar kampus ogah merubah comfort zone mereka yang sudah bertahan dari lama. Lantas solusinya apa?

LP3I. Thats right!

LP3I, alias Kampus Vokasi dengan pengalaman 28 tahun dan merupakan Pionir Vokasi di Indonesia. LP3I menyediakan sarana buat anak anak canggih kekinian model kita yang menyadari persis kekuatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di seluruh Indonesia, bahkan Dunia saat ini. LP3I sudah lumayan lama menerapkan kurikulum berbasis ICT, yang didukung pula dengan para dosennya yang merangkap praktisi di dunia nyata, memastikan mahasiswanya mendapatkan informasi ter-update dari berbagai lini bisnis, jasa serta wirausaha.

LP3I adalah solusi buat kamu yang menolak sistem pengajaran yang membosankan dan satu arah, dan ujung ujungnya bisa menghasilkan uang. Di kurikulum ICT yang berbasis online, everyday is a new day! Informasi dan kesempatan bersifat dinamis, dan dapat dengan mudah berubah dalam hitungan jam.

Dan tahu nggak, yang namanya informasi atas perubahan adalah strategi bertahan hidup di era digitalisa saat ini!

LP3i - ICT

Sounds promising?

Makanya segera daftar! Caranya gampang banget, tinggal ketik www.pmb.lp3i.ac.id.

Salam,

IG: @muh_assad

Mungkinkah Bisa Kerja Sebelum Lulus Kuliah?

Cecep dan Michael sudah bersahabat sejak SD. Cecep hidupnya pas pasan, sementara Michael anak orang kaya (dari namanya aja udah kelihatan, Michael!). Mereka masuk kelas yang sama, mengikuti pelajaran yang sama, lulus bareng bareng sampe SMA, dan masuk perguruan tinggi yang sama. Bedanya, Cecep anaknya rajin banget dan selalu dapat nilai 9 dan 10 di dalam kelas. Michael tidak serajin Cecep, nilainya lumayan, tapi tidak fantastis seperti Cecep, rata ratanya di angka 7. Dengan nilai yang berbeda itu, Cecep dan Michael masuk ke universitas yang sama, namun dengan biaya kuliah yang berbeda, karena kampus memberikan keringanan biaya untuk siswa berprestasi.

Cecep, demi memberikan kebanggaan bagi orang tuanya, berjuang mati-matian dalam pelajaran dan kehidupannya sehari-hari. Di sisi lain, Michael dari awal sudah diberi tahu bahwa ia akan meneruskan perusahaan keluarganya. Ia tidak perlu belajar terlalu keras, cukup sewajarnya saja, asal memiliki gelar dan lulus. Dan tentu saja, pada akhirnya, Cecep lulus sebagai mahasiswa berprestasi, dan Michael lulus normal dengan IPK seadanya.

Setelah lewat beberapa tahun, Michael sudah berada di posisi yang nyaman di perusahaan orang tuanya, dimana Cecep masih meniti karir, berjuang menghidupi kedua orang tuanya, adik-adiknya dan tentu dirinya sendiri.

Adilkah ini? Buat Cecep ya jelas nggak, lha wong dia senantiasa berjuang dua kali lipat dari temannya, tapi pada akhirnya Michael yang sudah punya pekerjaan lebih nyaman dan berada di atasnya. Pada kenyataannya, di Indonesia, anak-anak seperti Michael terdiri dari kurang lebih 2% dari total populasi . Buat kamu yang masih sekolah, atau kuliah, kamu pasti sempat beberapa kali ketemu anak-anak seperti Michael, yang ketahuan hidupnya nggak pernah susah. Namun bagi 98% sisanya anak anak normal dan kekurangan seperti Cecep, hidup adalah perjuangan yang sesungguhnya.

Cecep merasakan betul bahwa hidup itu keras!

Pernah ada masa dimana usaha, pengetahuan dan kerja keras berbanding lurus dengan output yang kita hasilkan. Masa tersebut sudah lewat, dan kesempatan untuk kesetaraan berbasis kondisi akademik sudah mulai sulit, tenggelam dalam kesetaraan berbasis kondisi sosial. Fenomena global seperti ini tidak hanya di Indonesia, dan semua seminar komunikasi akan menekankan pentingnya social networking diatas segalanya, bahkan seringkali di atas kemampuan teknis seseorang.

Lantas bagaimana dengan Anda? Apakah Anda punya koneksi yang banyak dan besar? Atau jangan-jangan teman aja nggak punya saking rajinnya mengejar nilai dan kesempurnaan di depan dosen.

Adakah jaminan buat Anda untuk mendapatkan kerja dan gaji yang sesuai dengan kerja keras yang sudah diperjuangkan dari SD?

Adakah kampus yang senantiasa berbaik hati membagi informasi tentang keunggulan kita kepada relasinya yang membutuhkan banyak SDM berkualitas berpotensi tinggi, bahkan sebelum lulus kuliah?

Ternyata ada! Aneh kan? Saya sendiri tadinya nggak yakin, tapi rupanya beneran ada.

Namanya LP3i, salah satu lembaga vokasi pertama dan terbesar di Indonesia yang usianya sudah 28 tahun. LP3i sudah sejak lama memberi kesampatan kepada mahasiswa mahasiswanya yang berprestasi untuk menerima early recruitment, alias bekerja sebelum kuliah. Mahasiswa yang terpilih adalah mahasiswa semester akhir, dengan jam kerja yang tidak mengganggu jam kuliah. Sehingga sebelum wisuda pun, sang mahasiswa tersebut sudah mendapat jaminan kerja!

IMG_5451

Acara ulang tahun LP3i yang ke-28

IMG_5448

Memberikan sambutan di acara ulang tahun LP3i yang ke-28

Program Bekerja Sebelum Kuliah dan Garansi Sampai Kerja dari LP3I memastikan lulusan-lulusan berkualitas dari LP3I mendapatkan posisi di perusahaan dan industri strategis. Saking kerennya program ini, LP3I mendapatkan rekor MURI lho! Rekor MURI di tahun 2010 itu diperoleh karena 95% lulusan Politeknik LP3I telah terserap di dunia kerja. LP3I juga mendapat pengakuan sebagai pelopor pendidikan dan penempatan kerja terbanyak di Indonesia.

Kapasitas kampus yang bisa memberikan jaminan pekerjaan bagi mahasiswa berprestasi, adalah anugerah buat kamu-kamu yang nggak punya teman, duit, koneksi, tapi punya otak yang encer, usaha keras serta mental baja. Sudah sejak lama kesetaraan berbasis akademik hilang, melahirkan generasi generasi baru dengan mental kerupuk, pengetahuan asal-asalan dan doyan menjilat. Betapa menyakitkan bagi orang orang jujur di negara ini melihat posisi-posisi di perusahaan diisi oleh karyawan tidak berkualitas yang prestasi terbaiknya adalah menghujani bosnya dengan gombalan pujian tanpa bisa bekerja. Setuju?

Kalau setuju, berarti kita sepaham dalam hal ini. LP3I membuka kesempatan bagi pada mahasiswanya yang jujur dan pekerja keras, kesempatan yang setara dengan orang orang yang modalnya besar. Melalui koneksi mereka yang secara resmi jumlahnya 250 perusahaan itu, prestasi kamu yang mencolok selalu mendapatkan tempat di perusahaan-perusahaan negeri ini. LP3I adalah solusi bagi Cecep dan bagi 98% masyarakat normal Indonesia, dan mungkin juga kamu.

Salam,

Muhammad Assad | IG: @muh_assad

 

Menjadi Brand Ambassador LP3I

Pada tanggal 27 Februari 2017, bertempat di kantor pusat LP3i di Kramat, Jakarta Pusat, saya menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) dengan Direktur Utama LP3i, Bapak Isral, sebagai Brand Ambassador LP3i untuk setahun ke depan. Sebagai salah satu lembaga vokasi pionir dan terbesar di Indonesia, saya senang dan berharap kerjasama ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi diri saya dan juga LP3i, tapi untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Signing MoU LP3i

Bidang pendidikan memang menjadi fokus utama saya dalam beberapa tahun terakhir. Saya yakin jika setiap orang di republik ini mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal pendidikan, maka tingkat kesejahteraan pasti akan meningkat. Orang menjadi miskin karena bodoh, dan orang menjadi bodoh karena tidak sekolah. Sehingga, akar permasalahannya harus diselesaikan, yaitu memberikan kesempatan pendidikan yang baik untuk setiap orang.

Masa-masa penting jenjang pendidikan terjadi ketika lulus dari SMU/SMK/MAN. Pada saat itu, setiap orang harus bisa menentukan arah dan tujuan yang diinginkan untuk masa depannya. Karena, hal itu akan berpengaruh langsung terhadap hidup kita, bahkan sampai akhir hayat. Proses pengembangan diri, pemahaman materi, serta hubungan langsung dengan dunia kerja harus menjadi pertimbangan dalam memilih kampus yang tepat.

Saya sendiri mengalami pentingnya hubungan antara kuliah dan cikal bakal profesi yang diinginkan. Saya mendapatkan gelar S1 di bidang Business Information Systems dari University of Technology Petronas di Malaysia, dengan beasiswa penuh dari Petronas. Seiring bertumbuh, saya menyadari konsep yang lebih mulia dari sekadar bisnis, yang mendorong saya melanjutkan pendidikan S2 Islamic Finance di Qatar dengan beasiswa penuh dari Emir Qatar, His Highness Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani, untuk melanjutkan studi bidang Islamic Finance dari Hamad Bin Khalifa University, Alhamdulillah keduanya lulus dengan predikat summa cum-laude.

Mungkin saya sedikit dari orang-orang yang beruntung memiliki jenjang karier yang selaras dengan passion saya di dunia bisnis dan keuangan. Banyak dari teman yang saya kenal, bahkan beberapa tokoh yang mungkin namanya tidak asing di telinga kita, memiliki profesi yang tidak sejalan, bahkan kadangkala berseberangan jauh dengan topik yang mereka pelajari pada masa kuliah dulu. Kaitan antara lapangan pekerjaan yang tersedia, pengalaman kerja praktek, serta bidang studi yang kita kuasai, sangat erat dan mengikat satu sama lain namun seringkali dipandang sebelah mata oleh berbagai pihak, baik oleh universitas, pengajar, bahkan kadangkala kita sendiri sebagai subjek pelajar.

Beberapa teman saya mengakui bahwa tidak semua aspek yang ia pelajari dalam kuliahnya, berfungsi secara langsung dalam pekerjaannya maupun hidupnya sehari-hari, dimana beberapa yang lain bingung mencari pekerjaan yang cocok untuk bidang studinya, karena pelajaran dalam studinya mengacu pada keahlian untuk menguasai bidang usaha, ketimbang keahlian untuk bekerja secara berkelompok. Keahlian yang berhubungan dengan soft skills dan keterampilan tidak diajarkan di kampusnya masing masing.

Seiring dengan berlangsungnya dunia pendidikan kita, masalah ini dengan cepat disadari dan beberapa orang melakukan inisiatif untuk membentuk majoring baru yang memberikan pendidikan khusus terkait materi ini dengan didirikannya Kampus Vokasi (Kejuruan).

Kampus Vokasi umumnya akan memberikan materi yang secara langsung mempersiapkan kita ke dunia kerja, baik dalam praktek sehari-hari maupun kemampuan kognitif berbasis sistem dan teknologi yang sudah dikenal secara umum, dan diteruskan kepada mahasiswa melalui pengajar. Umumnya Vokasi berada di tahapan D3 untuk proses pengajaran yang lebih cepat dan lebih tepat, karena sebagian mahasiswa vokasi adalah pekerja full-time dan pekerja paruh waktu yang membutuhkan pendidikan praktis yang memiliki arah dan tujuan yang tepat.

Kampus Vokasi yang tepat guna akan memiliki bidang studi yang dibutuhkan oleh calon mahasiswa, antara lain Administrasi Bisnis, Manajemen, Sekretaris, Akuntansi, Teknik Informatika, Informatika Komputer, Multimedia, Hubungan Masyarakat, Otomotif, Perhotelan, serta Bisnis dan Marketing. Mencakup seluruh bidang studi yang disebutkan di atas, muncul satu nama kampus yang ada dalam otak saya, yaitu LP3i.

Kampus LP3I hadir memberikan solusi dan jawaban karena memiliki semua bidang studi yang dibutuhkan untuk mendidik pegawai yang kompeten dan berdedikasi tinggi dalam setiap aspek bisnis profesional yang dibutuhkan di Indonesia. Dengan sistem LINK and Match, bukan hanya kurikulum LP3I disesuaikan dengan kondisi dunia kerja saat ini, pengajar di LP3I diambil dari tenaga praktisi dan berpengalaman yang diambil dari industri yang sedang berlangsung saat ini.

Tentu kualitas kampus tidak hanya tergantung pada kualitas pengajarnya, yang utama dari kampus ini adalah relasinya dengan bidang usaha yang mitra perusahaannya tersebar di seluruh Indonesia. LP3I menjamin mahasiswanya untuk mendapatkan pekerjaan dalam kurun waktu 6 bulan setelah menyelesaikan pendidikannya di LP3I. Pada kenyataannya, banyak mahasiswa LP3I telah direkrut oleh perusahaan bahkan sebelum upacara wisuda.

Saya melihat LP3I sebagai wadah yang menyeluruh dalam pengembangan mahasiswanya, karena selain mendidik untuk menjadi karyawan yang kompeten, LP3I juga memberikan pembinaan Wirausaha Mandiri melalui Rumah Entrepreneur. Semoga dengan diversifikasi dari bidang studi dan program programnya, Indonesia dapat menghasilkan lebih banyak lagi pekerja dan pengusaha yang tepat guna dan berkualitas.

Sudah saatnya generasi muda berani mandiri mewujudkan mimpi!

Salam,

Muhammad Assad | IG: @muh_assad

#NotesFromHeaven Labuan Bajo: Pentingnya Arti Berproses

#NotesFromHeaven adalah kumpulan catatan perjalanan yang saya tulis saat mengelilingi ‘surga’ dunia bernama Indonesia. Setiap perjalanan memberikan pelajaran dan hikmah kehidupan yang ingin saya bagi dengan para pembaca sekalian. Semakin sering saya mengunjungi tempat-tempat indah dan eksotis di Indonesia, semakin saya yakin bahwa Indonesia adalah surga yang jatuh ke bumi. Ini adalah catatan pertama saya dalam #NotesFromHeaven. Selamat membaca! 🙂

Instagram: @muh_assad | Twitter: @muhammadassad

.

10 November 2016

Dari ketinggian 36.000 kaki di atas permukaan air laut, saya melihat gugusan pulau-pulau yang sangat indah saat terbang di atas langit Nusa Tenggara Timur. Tepat pada pukul 12 siang WIT (Waktu Indonesia Timur), pesawat Kalstar KD-680 yang membawa saya dan istri tercinta, Afra Nurina, mendarat dengan mulus di Bandar Udara Internasional Komodo.

Kami tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di pulau yang terletak di ujung barat Flores ini. Maklum saja, ini pertama kalinya kami berdua mengunjungi tempat ini. Saat itu waktu menunjukkan pukul 12:30 siang dan matahari pun menyambut dengan sukacita alias panas bangettt! Hehehe…

foto-01
Di cockpit pesawat
foto-02
Di depan pesawat Kalstar

Saat turun dari pesawat, sebuah bandara megah menyambut kami. Bandara seluas 3.300 meter yang baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 27 Desember 2015 ini memiliki arsitektur bangunan yang unik dan modern. Pemerintah memang sedang gencar-gencarnya memoles dan merevitalisasi bandara-bandara di Indonesia. Ini penting untuk membuat kesan pertama yang baik, karena bandara merupakan pintu masuk pertama yang akan dilihat oleh para wisatawan yang datang ke Indonesia.

Tren kunjungan wisatawan asing ke Indonesia Timur juga sedang tinggi dalam beberapa tahun belakangan. Itu terbukti saat melihat isi pesawat yang saya tumpangi, mayoritas adalah bule-bule. Sejak dulu, Labuan Bajo dikenal dengan sebutan kota nelayan kecil. Saat ini, predikatnya bertambah menjadi salah satu kota pariwisata teramai di Indonesia. Wajar saja, karena kota ini menjadi titik singgah bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan ke kawasan Pulau Komodo, tempat wisata yang menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia baru dan juga diakui UNESCO sebagai World Heritage Site atau situs warisan dunia.

foto-03
Tiba di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo

Sesampainya di bandara, pihak Luwansa Beach Resort sudah siap di depan gerbang kedatangan. Kami lalu menuju hotel dan menikmati makan siang dengan pemandangan laut yang sangat indah.

foto-04
Luwansa Beach Resort, Labuan Bajo
foto-05
Lunch with my wife

Setelah itu kami beristirahat sejenak, lalu berangkat menuju tempat kerajinan dan pusat oleh-oleh. Setiap datang ke suatu daerah, saya senang melihat hasil kerajinan tangan tempat tersebut, baik itu kain batik, anyaman, pahatan, ukiran dan berbagai suvenir lainnya.

Setiap kerajinan tangan itu bernilai mahal, karena handmade atau dibuat langsung oleh tangan. Ini merupakan kekuatan Indonesia di bidang ekonomi kreatif. Mata saya lalu tertuju kepada kain songket tenun khas Nusa Tenggara Timur yang indah dan patung pahatan kayu berbentuk komodo yang tersedia dalam berbagai bentuk. Keren-keren banget!

foto-06
Kain songket tenun khas NTT

Kemudian dan sekitar pukul 5 sore kami melanjutkan perjalanan menuju Kampung Ujung, tempat wisata kuliner di Labuan Bajo yang terkenal dengan ikan bakarnya yang segar dan menggugah selera. Kata penduduk lokal, kalau belum makan di Kampung Ujung, berarti belum ke Labuan Bajo.

Kampung Ujung berada di tengah kota dan cukup strategis, sekitar 10 menit dari Bandara Komodo. Lokasinya terletak persis berada di pinggir jalan dengan gerobak-gerobak pedagang yang bertenda dan berjejer.

Saat matahari terbenam, tempat ini menawarkan pemandangan yang spektakuler karena pulau-pulau kecil yang berada di seberang membentuk siluet yang sangat indah, ditambah deretan lampu-lampu kapal yang menyala di pinggir pelabuhan.

What a priceless sunset moment!

Tanpa terasa perut sudah berbunyi kencang. Saya dan istri berjalan menyusuri tenda demi tenda melihat ikan dan teman-temannya yang berjejer rapih di depan. Setiap tamu bisa langsung memilih makanan apa yang disenangi, baik jenis maupun beratnya.

Kebanyakan yang dijual di sini adalah makanan laut (seafood), seperti ikan, cumi-cumi, udang, kepiting, dan kawan-kawannya. Di dekatnya terletak wajan untuk menggoreng dan panggangan yang sudah terisi arang, siap untuk menyajikan menu goreng dan panggang sesuai pilihan Anda.

Bagi yang alergi seafood, jangan khawatir, karena ada juga menu nasi goreng, ayam dan bebek. Minumannya pun beraneka ragam, dari jus buah, es teh, es kopi, hingga minuman ringan. Harganya juga bersahabat dan nggak buat kantong jebol. Don’t worry be happy.

Tiga kata untuk Kampung Ujung: nikmat, murah dan komplet!

foto-07
Ikan-ikan segar di Kampung Ujung
foto-08
Ikan pilihan saya, kerapu 3 kilo

Saya memilih ikan kerapu 3 kilo dan istri mengambil ikan kakap 2 kilo. Ada juga udang dan sayur lalap. Setelah kurang lebih 20 menit, makanan sudah tersedia di atas meja, dan tanpa perlu komando, kami langsung menyantap ikan-ikan dan udang tak berdosa itu. Alhamdulillah semua habis tak tersisa hehe…

foto-09
Yum… Selamat makaaann!!

Setelah perut sudah bahagia, kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat. Good night all….

.

11 November 2016

Waktu menunjukkan pukul 6 pagi, dan mas Rezky dari Pesona Komodo sudah siap di lobby hotel untuk menjemput kami. Sekitar 15 menit kami sampai di dermaga untuk berpindah ke kapal yang akan membawa kami mengelilingi pulau-pulau di sekitar Labuan Bajo, atau yang lebih dikenal dengan nama Kawasan Taman Nasional Komodo. Kawasan ini terdiri dari 3 pulau terbesar, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar.

foto-10
Di dermaga Labuan Bajo, bersiap untuk berangkat

Sepanjang perjalanan, sejauh mata memandang banyak sekali deretan pulau yang mengelilingi area Taman Nasional Komodo. Kombinasi warna cokelat pulau-pulau khas di Nusa Tenggara Timur dikombinasikan dengan warna biru samudera lautan, keren banget!! Indonesia itu emang indah banget, nggak perlu ke luar negeri untuk cari tempat liburan yang unik dan menarik.

foto-11
Deretan pulau membentang sejauh mata memandang

Tujuan pertama kami adalah Pulau Padar, tempat yang lagi hits di kalangan para traveler. Waktu tempuh yang dibutuhkan dengan kapal sekitar 3 jam. Kami tiba sekitar pukul 10 pagi.

foto-12
Tiba di Pulau Padar
foto-13
Trekking menuju puncak bukit

Sesampainya, kami melanjutkan trekking atau berjalan menyusuri pinggir bukit agar sampai ke puncaknya. Kurang lebih waktu yang saya butuhkan sekitar 30 menit, tapi karena nungguin istri jadi 1 jam hehe…

foto-14
Teteppp selfie dulu hehe…

Akhirnya kami sampai di puncak bukit Pulau Padar, dan Subhanallahhh… INDAH BANGETTT!!!

Rasanya perjalanan 3 jam di laut dan trekking 1 jam untuk mencapai puncak terbayar lunas. Indonesia memang surga yang jatuh ke bumi!

foto-15
On the top of Padar Island.. Breathtaking moment!
foto-16
Foto post-wedding uhukk

Setelah puas foto-foto, kami menuju destinasi selanjutnya, Pulau Komodo. Kata guide yang menemani kami dalam perjalanan, terdapat kurang lebih 1.500 ekor komodo yang hidup dan menetap di pulau komodo. Wow!!

foto-17
Selamat datang di Pulau Komodo
foto-18
Bersiap untuk walking trails

Sebelum berkeliling lebih jauh di pulau ini, kami diberikan pengarahan oleh ranger atau pawang komodo tentang hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama memutari Pulau Komodo. Kami pun mulai berjalan menyusuri Pulau Komodo. Di kejauhan saya melihat ada seekor komodo yang lagi santai di bawah pohon. Di sisi lainnya saya melihat sekawanan rusa sedang berjemur di pinggir pantai.

foto-19
Sekawanan rusa sedang bersantai

Saat saya tanyakan kenapa ada rusa di tempat ini, ranger menjawab bahwa rusa-rusa itu merupakan makanan komodo. Saya baru tahu kalau komodo makan rusa juga. “Komodo itu dalam jarak tertentu kecepatan larinya mengalahkan rusa, jadi seringkali rusa menjadi santapan komodo saat lengah,” lanjut mas ranger menjelaskan. Wow!

Selanjutnya, ini yang paling menantang. Ranger menawarkan kepada saya dan istri untuk foto bersama komodo sebagai kenang-kenangan. Meskipun ngeri, tapi kesempatan kan nggak datang dua kali. Saya dan istri pun meng-iya-kan. Ada seekor komodo di depan kami yang terlihat sedang tidur jadi kami agak bernyali untuk mendekat dan berfoto bersama hehe…

foto-20
Foto bareng komodo lagi bobo
foto-21
Komodo mulai bangun bunyiin leher

Setelah beberapa kali foto, ternyata komodonya bangun. Secara perlahan kepalanya diangkat, bunyiin leher, dan mulai lihat ke kanan dan kiri. Saya dan istri yang tepat berada di belakangnya mulai deg-degan, karena komodo tersebut menoleh ke arah kami. Istri saya pun langsung mengambil langkah seribu alias kabur duluan meninggalkan suaminya sendirian. Padahal dulu janjinya sehidup semati hiks hiks…

Saya dzikir terus biar komodonya jinak. Kepalanya makin naik dan seperti siap menerkam! Jepret, jepret. Mas ranger dengan sigap mengambil momen tersebut dan hasil fotonya cakep! Sang komodo siap menerkam dan saya tepat berada di belakangnya. What a cool shot!

foto-22
Istri saya sudah menghilang menyelamatkan diri hehe..

Setelah itu kami menuju ke destinasi ketiga, yaitu pink beach atau pulau pink. Pantai ini sesuai dengan namanya “Pink Beach” yaitu pantai yang berwarna pink atau merah muda. Pink Beach adalah satu dari 7 pantai berpasir merah muda yang ada di dunia. Yang lainnya terdapat di di Harbor Island, Bahamas; Bermuda; Santa Cruz Island, Filipina;  Sardinia, Itali; Bonaire, Dutch Caribbean Island; dan di Balos Lagoon, Yunani.

Selain kondisi pantainya yang unik dan indah, kehidupan bawah laut di Pink Beach juga menyimpan keindahan dan kekayaan yang menarik untuk diselami. Taman bawah laut Pink Beach adalah istana bagi beragam jenis ikan, ratusan jenis batu karang, dan berbagai jenis biota laut lainnya. Oleh karenanya, snorkeling atau diving adalah aktivitas yang tidak boleh dilewatkan. Saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk langsung nyebur dan berenang.

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti dari mana asal muasal warna pasir merah muda yang cantik ini. Beberapa berpendapat bahwa warna pink berasal dari pecahan karang berwarna merah yang sudah mati dan memang banyak ditemukan di pantai ini. Pendapat lain menyebutkan warna pink pada pasir Pink Beach adalah karena adanya hewan mikroskopik bernama foraminifera yang memproduksi warna merah atau pink terang pada terumbu karang. Apapun itu, pantai ini sungguh indah dan menawan. Ah, memang cantik alam Indonesia.

foto-23
Say cheeezz!
foto-24
Enjoying sunset

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 5.30 sore, matahari mulai terbenam dan air laut semakin pasang. Kami pun menuju kapal dan bersiap-siap untuk pulang. Alhamdulillah, sekitar pukul 8 malam kami tiba di dermaga Labuan Bajo, lalu makan malam dan kembali ke hotel untuk beristirahat.

Perjalanan yang melelahkan tapi membahagiakan. Saya dan istri senang sekali bisa melihat indahnya pulau-pulau yang berada di kawasan taman nasional komodo. It’s worth to come!

Keesokan harinya kami terbang menuju Jakarta dengan pesawat Kalstar KD-681. Di dalam pesawat saat sudah lepas landas, deretan pulau-pulau di Labuan Bajo seperti melambaikan tangannya dan mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman terindah. Saya pun tersenyum ke arah meraka sambil berjanji dalam hati bahwa satu hari nanti akan kembali ke tempat ini.

My Notes

Perjalanan ke Labuan Bajo kali ini memberikan hikmah bagi saya bahwa semua keindahan dan kebahagiaan itu membutuhkan proses. Meskipun saya agak mabok laut karena lama di kapal, tapi semua terbayar lunas dengan hasilnya yang membahagiakan hati. Dari situ saya belajar bahwa tidak ada yang terjadi secara tiba-tiba. Ada perjuangan untuk meraihnya.

Seperti itu juga kehidupan. Mengajarkan kepada kita. Untuk meraih impian, ada tantangan di depan. Untuk meraih cita-cita, ada jalan terjal menghadang. Semua harus dilalui, selangkah demi selangkah.

Tidak ada jalan pintas

Tidak ada yang mudah.

Tidak ada makan siang gratis.

No free lunch, man!

Proses, sebuah kata yang mulai tersingkir dalam kamus kehidupan. Pengaruh kemajuan teknologi, media dan internet membuat banyak orang terlena dan lebih senang memilih jalan instan ketimbang berproses. Lingkungan sekitar pun turut serta memberikan informasi yang salah tentang arti kesuksesan.

Di banyak seminar, seorang pembicara seringkali menggampangkan sebuah proses menuju kesuksesan. Belum lagi tayangan di televisi yang tanpa henti menayangkan perilaku anak-anak muda yang hedonis dan suka bersenang-senang tanpa bekerja.

Dampaknya, generasi muda mengambil itu mentah-mentah sebagai contoh bahwa sukses tidak perlu berkeringat karena bisa didapat dengan mudah. Mereka menjadi generasi pemalas, tidak sabar dan maunya cepat sukses. Ditambah pola pikir pragmatis yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan.

Banyak orang ingin sukses, namun tidak siap berproses. Sudah pasti tidak mungkin terjadi. Sama halnya jika saya bermimpi ingin menuju Pulau Padar tapi hanya diam di hotel. Nggak mungkin, bro!

Memang tidak ada jaminan saya akan berhasil menuju Pulau Padar. Bisa saja ada hal-hal yang tidak terduga terjadi. Tapi paling tidak saya sudah melakukan sebuah usaha yang mendekati tujuan yang ingin dicapai. Kalaupun gagal atau belum berhasil, bisa diperbaiki.

Itulah yang membedakan antara pemenang dengan pecundang. Pemenang membangun harapan, pecundang membuat alasan.

Sukses itu berproses. Jangan tergiur dengan ungkapan manis seperti “cara cepat menuju kesuksesan” atau “sukses sekejap tanpa keringat”. Semua itu bohong.

Ada kerja keras, air mata dan doa dalam setiap kesuksesan. Orang yang mengalami proses jatuh bangun akan lebih menikmati manisnya buah kesuksesan dibanding mereka yang tidak pernah berjuang.

Semangat juga harus terus dijaga saat mengejar impian. Orang-orang biasanya penuh semangat saat memulai. Namun sewaktu di tengah ada badai menghantam, banyak yang berguguran pada akhirnya.

Hidup itu penuh ujian, setiap langkah yang diambil pasti ada risikonya. Jangan mundur dan teruslah berjalan, sampai akhirnya nanti kita akan dipanggil menghadapNya.

Kerja keras itu memang tidak enak di awal. Tapi seperti yang saya katakan di atas, saat menikmati hasil manisnya, maka segala kepahitan di awal akan terbayar lunas!

In the end… There is no elevator to success. You have to take stairs. Good bye Labuan Bajo. Thanks for the beautiful and precious moments!

 

Muhammad Assad, MSc

Instagram: @muh_assad | Twitter: @muhammadassad

 

Wealth Wisdom: Arti Kekayaan Yang Sesungguhnya

Pada tanggal 12 Mei 2016, bertempat di Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta, saya diundang menjadi pembicara di acara tahunan Bank Permata, Wealth Wisdom: True Essence of Wealth. Acara ini menghadirkan belasan pembicara top dari dalam dan luar negeri, seperti T.P. Rachmat, Adam Khoo, Elizabeth Dunn, Dian Sastrowardoyo, Hamish Daud, Indra Lesmana, Eva Celia, dan Mariska Prudence. Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari deretan pembicara di acara ini.

 

Pertama kali mendapatkan undangan ini di akhir tahun 2015, saya begitu bersemangat karena acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada banyak orang tentang Wholistic Wealth, yaitu sebuah konsep kekayaan menyeluruh dalam diri manusia yang bukan hanya sekedar uang dan materi. Saya senang ada acara berskala nasional yang concern dan mengangkat tema ini.

 

Karena biasanya di acara-acara lain, saya seringkali diminta untuk berbicara tentang bagaimana cara mendapatkan uang, uang dan uang. Dunia seakan hanya berisi tentang hal-hal yang bersifat duniawi. Memang sebagai seorang pengusaha, saya sehari-hari dihadapkan pada kenyataan bagaimana cara mengembangkan usaha yang dijalani dan mendapatkan sebanyak-banyaknya profit dari bisnis yang dijalankan.

 

Namun, semakin bersemangat saya mengejar uang, semakin hampa hidup saya. Semua itu ternyata adalah hal yang semu. Makanya dalam acara ini saya mencoba untuk berbicara dengan point of view yang berbeda tentang arti kekayaan. Saya ingin memperlebar arti kekayaan yang sesungguhnya sehingga dapat memberikan kebahagiaan lahir dan batin.

 

Saya memberikan seminar dengan judul Spiritual Awakening and Social Giving Towards A Wealthy Life. Gambaran besar dari judul yang saya bawakan adalah bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan dan bisa memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi orang lain. Sesi ini dipersembahkan oleh Bank Permata Syariah Priority.

 

 

Saya memulai seminar dengan sebuah pertanyaan sederhana, “What is Success?”

 

Di tengah dunia yang serba materialistis dewasa ini, banyak manusia yang menjalani hidup layaknya robot. Setiap hari terpenjara dengan rutinitas pekerjaan yang seakan tiada henti demi mencapai satu tujuan: uang.

 

Benda ini begitu dielu-elukan, disanjung dan diperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Cara mencarinya menjadi tidak penting lagi, yang penting harus dapat. Saling hantam dan saling sikut, bahkan dengan sahabat dan keluarga sendiri, dianggap hal yang lumrah untuk mendapatkan benda ini.

 

Mereka lupa, bahwa hidup ini tidak selamanya. Mereka lupa, bahwa hidup ini bukan hanya sekedar mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Mereka lupa, bahwa hidup ini tidak hanya tentang materi kebendaan.

 

Semua itu terjadi karena otak dan pikiran sudah tertutup oleh syahwat dan nafsu duniawi. Ya, itulah manusia yang memang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Saat belum punya kendaraan, ingin punya motor. Saat sudah punya motor, ingin naik mobil. Saat sudah punya 1 mobil, ingin punya 2 mobil. Tidak ada habisnya.

 

Sampai kapan kita harus menjadi ‘budak’ dunia? Hidup ini terlalu indah dan berharga untuk dihabiskan hanya untuk mengejar dunia dan seisinya. Kekayaan yang sesungguhnya berupa keberkahan hidup, kesehatan badan, kebersamaan dengan keluarga tercinta, dan kebahagiaan saat bisa berbagi dengan sesama.

 

That’s the true wealth in life.

 

Seperti sabda Nabi Muhammad saw, “Kekayaan bukanlah dari banyaknya harta benda, namun yang utama adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari)

 

Hidup ini hanya sekali, maka pergunakan dengan baik untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah dia yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan sekitar? Hidup ini sejatinya adalah memberi, memberi dan memberi. Kita harus dapat meninggalkan legacy bagi generasi selanjutnya.

 

Jika gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, maka manusia mati meninggalkan amal dan karya. Sehingga, saat nanti meninggalkan dunia ini, kita tersenyum bahagia dan orang lain menangis karena kehilangan.

 

 

‘Tangan di atas’ lebih mulia dibanding ‘tangan di bawah’. Rasulullah pun mengatakan bahwa orang yang suka meminta-minta akan mendapatkan kehinaan di dunia dan di akhirat. Sepanjang sejarah pun, tidak pernah seseorang dihormati karena apa yang telah ia terima. Kehormatan adalah penghargaan bagi mereka yang telah memberikan sesuatu yang berarti bagi sekitarnya.

 

Sudah bukan rahasia lagi bahwa memberi adalah salah satu cara terbaik untuk mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dalam Islam namanya sedekah, yaitu menyisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk diberikan kepada yang membutuhkan.

 

Banyak yang bisa kita berikan di dunia ini, dan jangan hanya fokus kepada pemberian materi semata. Kita bisa memberikan ilmu dengan mengajar anak-anak yang tidak mampu. Kita bisa memberikan tenaga untuk membantu pekerjaan orangtua. Kita bisa memberikan waktu menemani para kakek-nenek di panti jompo. Bahkan senyum pun bernilai ibadah. Pada intinya, “Setiap kebaikan adalah sedekah.” (HR. Bukhari)

 

Giving is rich and making rich.

 

Tidak pernah ada cerita di dunia ini seseorang yang senang berbagi, lalu jatuh miskin. Yang ada, justru kebalikannya. Hartanya akan terus bertambah, berlimpah dan penuh berkah.

 

Allah menjanjikan bagi siapa saja yang senang bersedekah, maka akan diganti dengan balasan minimal 10 kali lipat. “Barangsiapa berbuat amal kebaikan (termasuk bersedekah), maka baginya balasan (pahala) 10 kali lipat; dan barangsiapa yang berbuat kejahatan maka dia tidak diberikan pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, dan mereka sedikit pun tidak dirugikan.” (QS. Al-An’am [6]: 160)

 

Sangat menarik bukan? Semakin kita mengeluarkan lebih banyak uang untuk sedekah, maka semakin banyak balasan yang akan diberikan olehNya. Rumus matematika sedekah: semakin dikurangi, semakin besar hasilnya.

 

Sehingga pertanyaan yang keluar setiap kali kita bersedekah bukannya “sisa berapa?” melainkan “jadi nambah berapa?”

 

Dengan rumus ini maka sedekah bukanlah sebuah pengeluaran yang sia-sia melainkan sebuah investasi jangka panjang yang sangat menguntungkan. Sebab memang janji Allah yang akan memberi penggantian lebih kepada mereka yang mau bersedekah.

 

Kalau saja manusia itu sadar, bahwa pada hakikatnya kita-lah orang-orang yang kaya dan mampu ini yang mendapatkan kenikmatan dari sedekah, dan bukan orang-orang fakir miskin atau yatim piatu, apalagi Allah. Meskipun kita tidak pernah bersedekah, Allah tetap Maha Kaya dan Maha Perkasa, dan tidak akan berkurang sedikitpun seluruh kekuasaanNya di langit dan di bumi.

 

Tidak ada alasan untuk tidak memberi. Coba mulai bersedekah setiap hari. Ya, setiap hari. Tidak masalah meskipun awalnya dengan nominal yang kecil asalkan istiqomah setiap hari, karena Allah menyukai suatu amalan yang dikerjakan secara istiqomah (terus-terusan) meskipun hanya sedikit. Lama kelamaan tentunya harus ditingkatkan.

 

Sedekah yang sedikit asal rutin itu lebih baik dibanding sedekah yang udah sedikit dan nggak rutin. Tapi tentu saja, yang paling baik adalah sedekah yang banyak dan rutin.

 

Dengan bersedekah, itu akan membuat harta kita semakin bersih dan berkah. Jangan takut miskin karena bersedekah, karena Demi Allah yang terjadi justru sebaliknya, rezeki kita akan terus menerus bertambah dan bertambah. Memang hal ini tidak bisa dinalar secara logika, karena yang namanya sedekah itu tentunya mengurangi jumlah harta kita karena diberikan kepada orang lain.

 

Tapi sejatinya, sedekah itu PASTI akan membuka begitu banyak pintu rezeki di tempat lainnya. Rezeki yang dijanjikan Allah sebagai “min haitsu laa yahtasib” atau rezeki yang tidak disangka-sangka darimana datangnya. Tugas kita sebagai manusia hanya tinggal yakin, percaya dan menunggu keajaibanNya.

 

Dan pada akhirnya, hidup adalah tentang bagaimana kita bisa memberi sebanyak-banyaknya kepada orang lain, dan bukan menerima sebanyak-banyaknya. Inilah makna kesuksesan yang sesungguhnya dan makna kekayaan yang sesungguhnya.

 

Acara selama 2 jam berjalan dengan lancar dan sekitar 300 peserta memenuhi Happiness Ballroom, tempat saya memberikan seminar. Acara ditutup dengan pemberian apresiasi dari Direktur Utama Bank Permata Syariah. Pak Permana.

 

Terima kasih Bank Permata untuk acara yang luar biasa!